Tuesday, February 17, 2009

PONARI DUKUN CILIK

16 Februari 2009
Belum lama ini muncul peristiwa yang sangat menghebohkan masyarakat Indonesia, yaitu munculnya “dukun” dadakan, peristiwa ini tak kalah menariknya dengan mnculnya spanduk, baliho dan poster-poster para calon legislatif kita, yang menghiasi jalan-jalan dan kampung-kampung.

Seorang anak kelas 3 SD, mampu mengobati berbagai macam penyakit hanya dengan sebuah batu berwarna kuning keemasan. Konon batu tersebut didapatkan setelah anak tersebut disambar petir. Batu tersebut tiba-tiba berada di atas kepala anak tersebut. Dan berulangkali dibuang (sampai 3 kali) namun batu tersebut kembali lagi ke halaman rumah katanya.



Itulah awal muncunya anak fenomenal yang kemudian diberi julukan “dukun cilik”. Muhammad Ponari namanya atau lebih sering dipanggil Ponari saja, hanyalah seorang anak kecil, anak orang yang kehidupan ekonominya pas-pasan, bahkan bisa disebut kekurangan tiba-tiba menjadi sosok terkenal dengan penghasilan yang mungkin tidak pernah terpikirkirkan sebelumnya. 60 juta sehari adalah penghasilan yang sangat luar biasa, bahkan mengalahkan dokter spesialis manapun di dunia.

Berbagai macam tanggapan dari berbagai kalangan muncul. Ada yang pro ada yang kontra. Pemerintah, kalangan ulama (ulamanya Indnesia) dan dokter mereka masing-masing berpendapat dengan paradigma profesi mereka masing-masing. Lalu bagaimana menghadapi bocah fenomenal tadi? Tentu akan lebih arif jika kita memandang persoalan tersebut dari berbagai sudut pandang sehingga akan lebih objektive dalam menilai persoalan tersebut.

1. Dari segi Sosial Budaya
Kultur masyarakat kita terutama kejawen dan kebetulan peristiwa ini terjadi di Jawa daerah Jombang Jawa timur, adalah sangat percaya akan hal-hal yang mistik (gaib). Masyarakat masih percaya adanya kekuatan yang ditimbulkan oleh sesuatu barang, sehingga barang tersebut bisa menimbulkan kekuatan dan sebagainya. Yang mana kepercayaan ini adalah hasil turun temurun dari nenek moyang kita dahulu. Hal ini tidak bisa kita pungkiri dan mungkin baru akan hilang setelah berabad-abad tahun yang akan datang, tentunya secara perlahan-lahan.

2. Dari segi Ekonomi
Pengobatan alternatif saat ini banyak bermunculan, karena pengobatan medis sudah tidak bisa mengurangi penyakit yang diderita ditambah dengan mahalnya biaya pengobatan medis. Oleh karena itu sudah wajar bila kalangan ekonomi lemah selalu mencari cara dan celah, obat apa yang murah dan bisa menyembuhkan penyakit. Kita tidak bisa menyalahkan mereka yang melakukan demikian. Itu adalah hak mereka. Karena dengan kondisi pas-pasan dan penyakit mendera kadang akal sehat tidak berjalan lagi sehingga hal-hal yang tidak rasionalpun menjadi pilihan. Dan kita pun mungkin melakukan hal-hal yang demikian. Ketika kita sudah sampai puncak keputusasaan melakukan hal-hal yang tidak wajarpun akan kita lakukan.

3. Dari Segi Kesehatan dan Ilmu Pengetahuan
Dilihat dari segi ilmu pengetahuan dan terutama kesehatan, hal yang perlu dilakukan adalah mengadakan penelitian terhadap batu ajaib terebut. Apakah dari batu itu mengandung unsur-unsur tertentu yang mempunyai efek terhadap suatu penyakit. Karena kita tahu bahwa penyakit terjadi akibat tidak ada keseimbangan dalam tubuh kita. Sehingga dengan adanya unsur-unsur dari luar maka keseimbangan tubuh kita tersebut akan kembali normal. Mungkikah batu tersebut mengandung unsur-unsur penyeimbang tersebut? Penelitian adalah jalan satu-satunya.
Sehingga para dokter tidak terburu-buru memberi komentar, kalau metode pengobatan yang dilakukan Ponari adalah hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak mungkin. Karena bisa saja orang-orang awam ganti berbalik menghujat para dokter (karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang kedokteran).

4. Dari Segi Agama
Dilihat dari segi Agama dalam hal ini Islam, tentu harus dilihat dari ajaran islam itu sendiri dalam hal penyakit. Sang Maha Pencipta sendiri telah menurunkan penyakit kepada makhluknya dan menurunkan pula obatnya. Namun ada syariat tersendiri yang mengatur bagimana mencari obat. Karena Sang Maha Kuasa yang menurunkan penyakit maka sudah sewajarnya dan masuk diakal kalau kitapun minta kesembuhan kepada Sang Maha Kuasa. Sehingga kalau kita berobat dengan niat minta kesembuhan kepada makhluk dalam hal ini adalah “batu ajaib” hal ini bisa dikatakan sebuah kesyirikan. Karena batu itu adalah makhluk artinya yang diciptakan. Tentu sesuatu yang diciptakan tidak berkuasa apapun. Ia tunduk terhadap khalik (yang menciptakan).
Terus bagaimana bila kita berobat dengan niat minta kesembuhan kepada Sang Maha Kuasa, tapi dengan cara (wasilah) minta air yang dicelup oleh “batu ajaib” Ponari tersebut? Untuk menjawab hal ini perlu merujuk bagaimana Nabi Muhammad (shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada beliau) berobat dan hal ini dapat diketahui dengan cara membaca hadits-hadits atau riwayat –riwayat yang disampaikan para sahabat beliau (shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada beliau). Jika terlu lama kita mencari literatur-literatur terebut ada jalan pintas, yaitu bertanya kepada Alim Ulama yang terpercaya. Kenapa harus yang terpercaya? Karena sekarang banyak ulama yang tidak bisa dipercaya. Mereka berfatwa atau memberikan suatu ajaran tidak sesuai dengan ajaran yang benar, mereka mengajarkan sesuatu yang telah dicampuri oleh berbagai kepentingan dan hawa nafsu. Maka hati-hatilah terhadap ulama-ulama yang demikian.



Kesimpulan

Setelah melihat dari berbagai sudut pandang, maka dalam menyikapi Ponari “Si bocah fenomenal” adalah hendaknya kita tidak boleh sekedar menduga-duga dan menyalahkan masyarakat yang melakukan hal tersebut. Beri mereka pencerahan, dan belajar Agama Islam (bagi yang islam) secara benar dari sumber yang terpercaya adalah solusi paling bagus.

No comments:

Post a Comment